Sabtu, 21 Agustus 2010

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII  SMP MUHAMMADIYAH TANJUNG ENIM

MELALUI PENDEKATAN STORY TELLING WITH PICTURE

 

 

1. Latar Belakang

           

            Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Komunikasi dapat terjadi dalam berbagai situasi dan tempat antara pembicara dengan lawan bicara atau pendengar mengenai sesuatu hal. Untuk berkomunikasi dengan baik seseorang memerlukan sebuah keterampilan berbahasa yang baik pula. Keterampilan berbahasa itu terdiri atas keterampilan menyimak (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills) dan menulis (writing skills) (Budinuryanta, dkk., 1998:10).

            Keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki seseorang. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun seperti bentuk rambut dan warna kulit, walaupun pada dasarnya secara alamiah manusia dapat berbicara. Namun kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan secar intensif yang tidak terlepas dari kemampuan berbahasa lainnya.

            Bailey dan Savage (1994:vii) menyatakan bahwa berbicara merupakan keterampilan yang paling harus dikuasai dalam kegiatan berbahasa. Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang perlu dimiliki seseorang. Kemampuan ini bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turun-temurun seperti bentuk rambut dan warna kulit. Memiliki kemampuan berbicara tidak semudah yang dibayangkan orang. Banyak orang terampil menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan, namun sering mereka kurang terampil menuangkan gagasannya dalam bentuk lisan. Pokok pembicaraan cukup menarik, tetapi karena penyajiannya kurang menarik, hasilnya kurang memuaskan. Sebaliknya, walaupun topik kurang menarik, karena disajikan sedemikian rupa akhirnya topik itu dapat menarik pendengarnya. Oleh sebab itu, untuk terampil berbicara secara formal diperlukan latihan dan pengarahan secara intensif.

            Hal tersebut dikemukakan oleh Swain (dikutip Nunan, 1991:51) bahwa kemahiran siswa dapat ditempuh melalui latihan berbicara atau we learn to speak by speaking. Nunan (1991:51) pun menyarankan bahwa siswa harus memiliki kesempatan dalam interaksi komunikatif  yakni berbicara di dalam kelas. Dengan demikian, tugas gurulah yang dapat membawa siswa terampil berbicara.

            Tarigan (1981:15) mengatakan, “berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan”. Pernyataan itu sesuai dengan tujuan pembelajaran berbicara di SMP yaitu,

Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Siswa memiliki kepuasan dan kesenangan berbicara (Depdikbud, 1994:3).

 

            Hal senada diungkapkan kembali dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) “Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari lain, dan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan kesusasteraan sebagai salah satu sarana untuk menuju pemahaman tersebut. Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia” (Depdiknas, 2006:8).

            Salah satu bagian dari pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP adalah bercerita. Bercerita merupakan salah satu cara agar siswa dapat: pertama, melahirkan isi hatinya yang berupa pikiran, perasaan, dan kemampuan; kedua, memupuk keberanian berbicara pada anak-anak; ketiga, menambah perbendaharaan bahasa anak; keempat, dari sudut psikologi humanismenya yaitu memberikan kesempatan pada anak untuk menyatakan sesuatu atau menggali kemampuan siswa bercerita; dan kelima, teknik bercerita ini dapat mendekatkan siswa kepada sastra. Namun keadaan pembelajaran di SMP Muhammadiyah Tanjung Enim belum membawa siswa menuju kemahiran tersebut.

            Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa orang guru yang memberikan pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Tanjung Enim, dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut. Pertama, guru merasa bahwa siswa-siswanya sangat lemah dalam berbicara. Hal ini disebabkan kegiatan dilaksanakan oleh guru dalam pembelajaran berbicara/bercerita belum memadai karena dalam satu semester, guru hanya satu atau dua kali menyuruh siswa tampil ke depan kelas. Siswa yang tampil pun hanya beberapa orang saja sebagai perwakilannya perbaris. Mereka merasa berat sekali tampil ke depan kelas. Mereka saling suruh. Hasilnya mereka mengemukakan kembali cerita itu tidak lancar, terbata-bata, ada yang lupa jalan cerita yang telah dibacanya, mereka gugup dengan menghadapi teman-temannya sendiri. Kedua, proses pembelajaran yang dilakukan guru secara monoton saja, caranya, guru memberi apersepsi dengan menanyakan  cerita yang pernah dibaca siswa, kemudian banyak menjelaskan teknik-teknik bercerita kepada siswa. Ketiga, siswa tidak bercerita di depan kelas karena kurangnya porsi latihan berbicara bahkan ada di antara siswa itu yang belum pernah tampil ke depan kelas. Keempat, dalam memberikan materi pelajaran hanya apa adanya tanpa motivasi dan inovasi lain dari guru. Kelima, menganggap bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara. Hal ini menyebabkan pembinaan kemampuan berbicara sering diabaikan.

            Ketidakmampuan siswa berbicara di depan kelas ini pun terungkap dari wawancara kepada siswa. Pada dasarnya siswa senang membaca semua jenis cerita baik petualangan, komik, dongeng, detektif, maupun cerita rakyat. Akan tetapi, mereka tidak boleh membacanya di sekolah bahkan tidak pernah memperoleh cerita jenis itu di kelas. Mereka pun kalan disuruh tampil ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang dibacanya, tidak berani/tidak mau karena mereka tidak tahu teknik bercerita yang baik. Selain itu, mereka merasa cerita itu ada dipikirannya, tetapi ketika mau dinyatakan lewat kalimat tidak terucapkan. Seharusnya dalam pembelajaran itu Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri siswa (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, 2002). Lebih lanjut prinsip pembelajaran bahasa menjelaskan bahwa dalam pembelajaran bahasa, siswa akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan menggunakan bahasa dengan melakukan berbagai kegiatan bahasa. Bila mereka berpartisipasi, mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam pembelajaran siswa harus aktif. Tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi (Sardiman, 2001 diakses pada tanggal 13 November 2007 dari http://pakguruonline.pendidikan.net).

            Kenyataan-kenyataan itu membuktikan bahwa keterampilan atau kemampuan siswa dalam berbicara masih belum memuaskan. Bila hal ini berlangsung terus tanpa ada perbaikan, dapat terjadi kompetensi yang diharapkan menurut KBK/KTSP tidak akan tercapai. Oleh karena itulah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini. Banyak alternatif pendekatan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Salah satu alternatif itu adalah pendekatan Story Telling with Picture. Dengan pendekatan ini diharapkan kemampuan/keterampilan siswa dalam berbicara dapat meningkat.

 

2. Rumusan Masalah

           

            Masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan diterapkannya pembelajaran berbicara melalui pendekatan Story Telling with Picture keterampilan berbicara siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Tanjung Enim dapat meningkat ?

 

3. Tujuan Penelitian

 

            Penelitian ini bertujuan meningkatkan keterampilan/kemampuan berbicara siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Tanjung Enim melalui pendekatan Story Telling with Picture.

 

4. Manfaat Penelitian

 

            Penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1)      Bagi siswa, sebagai acuan untuk melatih keterampilan berbicara;

2)      Bagi guru, sebagai pendekatan alternatif untuk pembelajaran berbicara;

3)      Bagi sekolah/lembaga pendidikan, memberikan kontribusi bagi peningkatan pengembangan pembelajaran berbicara di SMP, khususnya di SMP Muhammadiyah Tanjung Enim;

4)      Bagi pengembang kurikulum, sebagai referensi dalam melahirkan ide-ide terbaru bagi kurikulum;

5)      Bagi ilmuan/peneliti, dapat dijadikan contoh terutama bagi peneliti yang ingin meneliti masalah pembelajaran berbicara lebih lanjut.

 

5. Tinjauan Pustaka

 

5.1 Pengertian Berbicara

            Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran gagasan dan perasaan (Mulgrave dalam Tarigan, 1983:15). Lebih luas lagi Tarigan (1983:15) menjelaskan bahwa berbicara merupakan sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiantoro (1987:266) menyatakan bahwa aktivitas berbicara tidak semata-mata berhubungan dengan kemampuan kognitif, melainkan juga dengan aspek psikomotor, keterampilan yang melibatkan aktivitas otot. Aktivitas otot yang dimaksud terutama berupa gerakan-gerakan organ mulut ditambah dengan anggota badan yang lain yang sering menyertai kegiatan berbicara.

            Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Sejalan dengan itu, Arsyad dan Mukti (1991:23) menyatakan tujuan utama berbicara untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

 

5.2 Pendekatan Story Telling with Picture

            Pada dasarnya ada berbagai alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbicara. Menurut Budinuryanta, dkk. (1998:48) selain pendekatan story telling/bercerita, ada pendekatan lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran bercerita, yaitu pendekatan ulang-ucap, lihat ucapan, memerikan, menjawab pertanyaan, bertanya, melanjutkan bercerita, menceritakan kembali, dan bermain peran.

            Pendekatan  Story Telling with Picture  berusaha mengajak siswa mengisahkan cerita dengan gambar.  Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1)      Guru mengelompokkan siswa, setiap kelompok terdiri dari 5 orang.

2)      Guru menugaskan masing-masing siswa pada tiap kelompok mengambil gambar dari file.

3)      Masing-masing kelompok memilih temannya untuk mencatat.

4)      Guru menugaskan setiap kelompok untuk menciptakan cerita pendek dengan bantuan gambar yang diberikan dan menugaskan pencatat untuk menuliskan cerita kelompok mereka.

5)      Menugaskan satu orang dari satu kelompok untuk menceritakan cerita yang sudah mereka buat di depan kelas sambil memegang gambar sebagai ilustrasi.

 

6. Hipotesis

            Menurut Arikunto (1993:62) hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis penelitian ini terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Tanjung Enin melalui pendekatan Strory Telling with Picture.

 

7. Metode Penelitian

            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Proses penelitian tindakan kelas berdasarkan teori yang dikemukakan Suryabrata (2003:94) bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau aktual lain. Adapun yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas yang bersifat praktis dengan melakukan tindakan dan bertujuan memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran yang ada (Kasihani, 1998:1).

 

 

 

7.1 Setting Penelitian

 

            Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah Tanjung Enim. Sebagai sasarannya adalah siswa kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 41 siswa. Mereka sebagian besar adalah siswa-siswa yang memiliki nilai akademik rendah, sisa-siswa yang tidak diterima di sekolah-sekolah negeri. Peneliti adalah guru bahasa Indonesia, yang sudah sekitar 2,5 tahun mengajar bidang studi bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Sekolah itu terletak di tengah-tengah kota Tanjung Enim dimana sangat rentan terhadap munculnya masalah-masalah sosial yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran siswa.

 

7.2 Persiapan Penelitian

 

            Untuk mendapatkan refleksi awal, peneliti melakukan tes awal yang berbentuk tes wawancara. Tes awal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi siswa sebenarnya tentang kemampuan berbicara siswa dalam bahasa Indonesia. Setelah peneliti mengetahui gambaran awal, peneliti melakukan persiapan penelitian yang antara lain, menyusun rencana pengajaran sekaligus menyusun materi pembelajaran yang berhubungan.

 

7.3 Siklus Penelitian

 

            Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang  menggunakan 3 siklus. 

 

7.4 Analisis dan Repleksi

 

            Pada tahap ini peneliti mengumpulkan informasi melalui obeservasi, wawancara, dan tes akhir untuk dijadikan bahan untuk setiap siklus. Data tersebut di analisis untuk mengetahui atau menjadi dasar dalam memutuskan langkah-langkah pada siklus berikutnya.

 

8. Jadwal Penelitian

 

No

Langkah Kerja

Bulan

Januari

Pebruari

Maret

April

1.

Tahap Persiapan

x

 

 

 

2.

Tahap Pengumpulan Data

 

x

 

 

3..

Tahap Pengolahan Data

 

 

x

 

4.

Tahap Penyusunan Data

 

 

 

x

 

 

9. Rencana Anggaran

1.

Tahap Persiapan

Rp. 1.750.000,-

2.

Tahap Pengumpulan Data

 

Rp. 1.000.000,-

3..

Tahap Pengolahan Data

 

Rp. 1.500.000,-

4.

Tahap Penyusunan Laporan

 

Rp. 2.500.000,-

 

 

 

Total Anggaran

 

Rp. 6.750.000,-

(Enam juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

 

 

Arsyad, Maidar dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

 

 

Bailey, Kathleen M. dan Lance Savage (Editor) 1994. New Way in Teaching Speaking. Iliois: Bloomington.

 

 

Budinuryanta, dkk. 1998. Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Modul: EDNA 3303/1-9. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

 

 

Bunanta, Murti. 2000. Kegiatan Mendongeng Mendekatkan Anak Pada Sastra. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia.

 

 

Kurikulum Pendidikan Dasar, GBPP. 1994. Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

 

 

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. 2006. Jakarta: Depdiknas.

 

 

Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodelogy. New York: Prentice Hall.

 

 

Nurgiantoro, Burhan. 1999. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jogjakarta: BPFE.

 

 

Sardiman, 2001 diakses dari http://pakguruonline.pendidikan.net. Pada tanggal 12 november 2007.

 

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

 

 

 

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII  SMP MUHAMMADIYAH TANJUNG ENIM

MELALUI PENDEKATAN STORY TELLING WITH PICTURE

 

 

Proposal Penelitian

Disajikan pada Seminar Mata Kuliah:

METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN

 

 

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H.M. Djahir Basir, M.Pd.

Prof. Dr. H.Fuad Abd. Rachman, M.Pd.

                                               

         

Oleh:

MUKHTAZAR

(NIM: 20072006001)

                            

 

 

 

 

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG

2008

 

 

 

Jumat, 20 Agustus 2010

SILABUS

 

Mata Kuliah              : Metodologi Penelitian

 

Kode Mata Kuliah    : STI Tar 207

 

Semester/Bobot Sks            : V (Gazal)/3 sks

 

Waktu/Ruang          : Jum’at, 14.00—15.30 / D Transfer

 

Dosen Pengampu    : Mukhtazar, M. Pd.

 

 

Tujuan Umum Perkuliahan

 

1.      Mahasiswa memiliki pengetahuan yang memadai tentang prinsip dan prosedur penelitian baik secara kualitatif maupun kuantitatif, sehingga dapat melaksanakan penelitian dengan langkah-langkah yang benar.

2.      Mahasiswa memiliki keterampilan mengaplikasikan teori-teori metode penelitian dalam penyusunan proposal penelitian dan penyusunan laporan penelitian, khususnya dalam tugas penyusunan skripsi.



Materi Perkuliahan

 

Pertemuan

Pokok Bahasan

Keterangan

1

F Pengantar perkuliahan

Hakikat metodologi penelitian

Dosen

2

Macam-macam Penelitian

Dosen

3

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Dosen

4

Langkah-langkah menyusun proposal penelitian (Judul, Latar Belakang, merumuskan masalah, , tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tinjauan pustaka dan metode yang digunakan, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, jadwal penelitian)

 

 

Dosen

 

5

Lanjutan Pokok bahasan ke-4

Dosen

6

Teknik penulisan laporan penelitian (skripsi) : cara mengutip, penomoran, penulisan daftar pustaka, dll.

 

Dosen

7

Ujian Tengah Semester

Mahasiswa

8

Presentasi proposal penelitian  kelompok 1

Mahasiswa

9

Presentasi proposal penelitian  kelompok 2

Mahasiswa

10

Presentasi proposal penelitian  kelompok 3

Mahasiswa

11

Presentasi proposal penelitian  kelompok 4

Mahasiswa

12

Presentasi proposal penelitian  kelompok 5

Mahasiswa

13

Presentasi proposal penelitian  kelompok 6

Mahasiswa

14

Ujian Akhir Semester

Mahasiswa

 

Metode

 

Diskusi, Tanya Jawab, dan Tugas

 

Penilaian

 

  1. Kehadiran (10 %)
  2. Presentasi dan Diskusi (20 %)
  3. Ujian Tengah Semester (30 %)
  4. Ujian Akhir Semester (40 %)

 

 

Referensi

 

Achmadi dan Narbuko. 2009. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

 

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Awangga, Suryaputra. 2007. Desain Proposal Penelitian. Yogyakarta: Pyramid  Publisher.

 

Brotowidjoyo. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Presindo.

 

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Universitas Negeri Malang.

 

Emzir. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.  Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

 

Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Ibrahim dan Nana Sudjana. 2009. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

 

Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

 

Moleong, Lexy. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Singarimbun dan Efendi. 1982. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

 

Suryabrata, Sumadi. 2003. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: PT Raja Grafindo Persada.